Nuh13. Al-'Adiyat 53. Al-Hijr 50. Yunus 79. An-Naba' 22. An-Najm 51. Hud 80. An-Nazi'at 23. Setiap surat yang memuat penjelasan secara rinci asbabun nuzul dapat dibagi kepada ta'addud al-asbab wa al-nazil wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan ta
28. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā tabārā 28. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. Tafsir Selain Nabi Nuh alaihissalam berdoa untuk kebinasaan kaumnya yang kafir, Nabi Nuh alaihissalam juga mendoakan kebaikan untuk seluruh orang-orang beriman. Nabi Nuh alaihissalam terlebih dahulu mendoakan dirinya, dan ini adalah dalil bahwa mendoakan diri sendiri itulah yang didahulukan lalu kemudian orang lain. Kemudian Nabi Nuh alaihissalam mendoakan orang tuanya[1], dan ini adalah dalil bahwa orang tua Nabi Nuh alaihissalam masuk Islam, karena Nabi Nuh alaihissalam mendoakan ampunan untuknya[2]. Dan ini merupakan di antara dalil yang disebutkan oleh jumhur ulama bahwasanya orang tua Nabi shallallahu alaihi wasallam meninggal bukan dalam kondisi Islam. Dan ini adalah pendapat jumhur, di antaranya adalah Imam An-Nawawi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, dan Al-Baihaqi. Bahkan jumhur ulama syafi’iyah mengatakan bahwasanya di antara bukti kedua orang tua Nabi shallallahu alaihi wasallam meninggal dalam keadaan tidak Islam adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mendoakan kedua orang tuanya. Bahkan dalam hadits telah disebutkan bahwa tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam hendak memohonkan ampun untuk ibunya, ternyata beliau ditegur oleh Allah ﷻ. Adapun Nabi Nuh alaihissalam, dia mendoakan kedua orang tuanya tanpa ditegur oleh Allah ﷻ. Adapun para ulama yang mengatakan bahwa orang tua Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah Islam hanyalah ulama minoritas dan ulama belakangan seperti As-Suyuti dan yang lainnya. Memang hal ini adalah khilaf di kalangan para ulama, akan tetapi sebagian orang tidak bisa menerima khilaf tersebut. Kemudian Nabi Nuh alaihissalam mendoakan keluarganya yang beriman, karena tidak semua keluarganya beriman, di antaranya adalah istri dan salah satu anaknya[3]. Sebagaimana firman Allah ﷻ, ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksaan Allah. Dan dikatakan kepada kedua istri itu, Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka’.” QS. At-Tahrim 10 Sungguh bisa kita bayangkan bagaimana ujian yang sangat berat yang dilalui oleh Nabi Nuh alaihissalam. Beliau berdakwah selama ratusan tahun, akan tetapi anak dan istrinya ternyata tidak beriman. Kira-kira jika hal seperti ini terjadi di zaman sekarang, maka tentu seorang Da’i akan mendapat cacian dan makian luar biasa, karena dia mendakwahi orang lain, namun istri dan anaknya tidak mendengar dakwahnya sendiri. Kemudian Nabi Nuh alaihissalam juga mendoakan kebaikan untuk seluruh kaum mukminin baik yang telah meninggal maupun yang masih dan akan hidup di kemudian hari[4]. Ini menunjukkan bagaimana jiwa kasih sayang para Nabi terhadap kaum mukminin yang begitu tinggi, sampai-sampai Nabi Nuh alaihissalam mendoakan mereka seluruhnya[5]. Dan dalam hadits disebutkan bahwa setiap orang yang kita doakan, maka kita akan mendapatkan kebaikan dari doa-doa tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ummu darda’, bahwa Rasulullah bersabda دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang diutus baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata Semoga Allah mengabulkannya dan semoga engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan. [6] ___________________ Footnote [1] Lihat At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/215. [2] Lihat Tafsir Al-Baghawiy 8/234 dan Al-Kassyaf Li Az-Zamakhsyariy 4/621. [3] Lihat Tafsir Al-Baghawiy 4/174. [4] Lihat At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/215. [5] Lihat Tafsir Ibnu Athiyyah 5/377. [6] Muslim
SurahAl-Muddaththir (Arabic text: ٱلْمُدَّثِّر) is the 74th chapter of the Qur'an. The surah titled in English means "The cloaked one" and it consists of 56 verses. .. ٱلْمُدَّثِّر. Al-Muddaththir. "The cloaked one". Revelation:
Jakarta - Surat Al Jumuah adalah surat ke-62 dalam Alquran yang diturunkan di Madinah. Nama tersebut diambil dari kata Al Jumuah yang disebut dalam ayat ke-9 yang merujuk kepada hari Al Jumuah merupakan surah ke-105 dari segi urutan turunnya wahyu. Surat Al Jumuah turun sesudah At Tahrim dan sebelum At Taghabun. Surat Al Jumuah terdiri dari-11 ayat menurut perhitungan semua nuzul sebab turunnya Surat Al Jumuah berkenaan dengan peristiwa Shalat Jumat yang ditinggalkan para sahabat untuk melihat kafilah dagang dari Syam. Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah menceritakan, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan khutbah Jumat di Juga Tafsir Al Mujadilah Ayat 11 Keutamaan Muslim yang BerilmuLalu kafilah dagang dari Syam tiba di Madinah dan seketika itu pula para sahabat berhamburan keluar masjid menyambut para kafilah tersebut. Sahabat yang tetap duduk mendengar khutbah Rasulullah hanya 12 Allah menurunkan ayat, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhutbah. Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan, Surah Al Jumuah menunjuk pada Shalat Jumat, sesuai dengan konteks ayat sembilan surat ini. Namun, hal ini bukan berarti Shalat Jumat baru diwajibkan dengan turunnya surah atau ayat Juga 6 Hak Muslim Terhadap Sesama yang Sering TerlupakanSurat Al Jumuah ayat 9يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ Arti Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Jumat telah dilaksanakan Nabi sejak tibanya di Madinah, bahkan kaum muslimin penduduk Madinah telah melakukannya sebelum Nabi berhijrah. Sementara ulama menilai surah ini turun pada tahun enam Hijrah setelah perang Khaibar, dan bahwa ia turun utama surah ini menurut banyak ulama antara lain Ibn Asyur adalah peringatan tentang pentingnya Shalat Jumat dan perlunya meninggalkan semua aktivitas jika waktunya telah tiba. Karena itu, menurut Ibn Asyur, surat ini memulai uraiannya dengan menyucikan Juga Tafsir Surat Al Fathir Ayat 28 Ulama sebagai Pembimbing UmatMasih merujuk Tafsir Al Misbah, Thahir Ibn Asyur menggarisbawahi bahwa ayat sembilan dan setelahnya adalah tujuan utama Surat Al Jumuah. Kelompok ayat-ayat yang lalu ayat 1-8 dinilainya sebagai pengantar untuk tujuan Al Jumuah ayat lima sampai delapan menjelaskan tentang sifat buruk orang-orang Yahudi yang hendaknya dihindari oleh kaum muslimin. Lalu, dengan mewahyukan ayat sembilan, Allah menekankan pentingnya bersegera memenuhi panggilan-Nya pada hari Yahudi mengabaikan hari Sabtu yang ditetapkan Allah untuk beribadah dan tidak melakukan aktivitas, tapi mereka melanggarnya. Sikap mereka itu dikecam, karena itu kaum muslimin harus mengindahkan perintah Allah meninggalkan aneka aktivitas saat masuk waktu Shalat Juga KH Dedeng Pendidikan Ideal Anak Dimulai Sejak dalam KandunganSurat Al Jumuah ayat 10فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Arti Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu Jumuah ayat 11وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَArti Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhutbah. Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang Juga Tafsir Surat Al Kahfi Ayat 6 Rasulullah Ingin Semua Manusia Berimanzhd
Sebagaimanadibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak, tetapi 'Illatnya bukan karena bertemunya dua huruf yang disukunkan ("Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui") jawaban terakhir mereka adalah, "Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahuilah yang menciptakan kesemuanya itu." Selanjutnya Allah swt. menambahkan:
Jakarta - Nabi Nuh AS adalah rasul yang memiliki ketabahan luar biasa dalam menghadapi kaumnya. Namanya diabadikan menjadi sebuah surat dalam Al Quran yaitu surat Nuh Arab نوح merupakan surat ke-71 dalam urutan mushaf Al Quran yang terdiri dari 28 ayat. Surat Nuh diturunkan di Kota Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Surat ini termasuk golongan surat Tafsir Ibnu Katsir, pada permulaan surat ini Allah SWT menceritakan tentang Nabi Nuh AS bahwa Dia telah mengutusnya kepada kaumnya. Dia memerintahkan kepada Nabi Nuh AS agar memberikan peringatan akan datangnya azab Allah sebelum menimpa mereka. Nabi Nuh AS mengajak agar kaumnya mengerjakan apa yang diperintahkan dan membenarkan risalah yang disampaikannya. Jika mereka kaum Nabi Nuh AS mau bertaubat dan kembali ke jalan Allah SWT, niscaya azab itu akan diangkat dilenyapkan dari mereka. Namun, kaumnya tidak mendengarkan apa yang diperingatkan oleh Nabi Nuh bacaan Surat Nuh ayat 1-28 Arab, latin, dan terjemahannya1. إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌArab-latininnā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum 'ażābun alīmArtinya "Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan memerintahkan "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih."2. قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌArab-latin qāla yā qaumi innī lakum nażīrum mubīn Artinya "Nuh berkata "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu."3. أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِArab-latin ani'budullāha wattaqụhu wa aṭī'ụn Artinya "yaitu sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,"4. يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَArab-latin yagfir lakum min żunụbikum wa yu`akhkhirkum ilā ajalim musammā, inna ajalallāhi iżā jā`a lā yu`akhkhar, lau kuntum ta' "Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui."5. قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًاArab-latin qāla rabbi innī da'autu qaumī lailaw wa nahārā Artinya "Nuh berkata "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang."6. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًاArab-latin fa lam yazid-hum du'ā`ī illā firārā Artinya "Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran."7. وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًاArab-latin wa innī kullamā da'autuhum litagfira lahum ja'alū aṣābi'ahum fī āżānihim wastagsyau ṡiyābahum wa aṣarrụ "Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya kemukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sangat."8. ثُمَّ إِنِّى دَعَوْتُهُمْ جِهَارًاArab-latin ṡumma innī da'autuhum jihārā Artinya "Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan cara terang-terangan."9. ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًاArab-latin ṡumma innī a'lantu lahum wa asrartu lahum isrārā Artinya "kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam."10. فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًاArab-latin fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā Artinya "maka aku katakan kepada mereka 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun."Artinya "Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu."21. قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًاArab-latin qāla nụḥur rabbi innahum 'aṣaunī wattaba'ụ mal lam yazid-hu māluhụ wa waladuhū illā "Nuh berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka."22. وَمَكَرُوا۟ مَكْرًا كُبَّارًاArab-latin wa makarụ makrang kubbārā Artinya "dan melakukan tipu-daya yang amat besar". لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًاArab-latin wa qālụ lā tażarunna ālihatakum wa lā tażarunna waddaw wa lā suwā'aw wa lā yagụṡa wa ya'ụqa wa nasrā Artinya "Dan mereka berkata "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". أَضَلُّوا۟ كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًاArab-latin wa qad aḍallụ kaṡīrā, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā ḍalālā Artinya "Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan manusia; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan."25. مِّمَّا خَطِيٓـَٰٔتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًاArab-latin mimmā khaṭī`ātihim ugriqụ fa udkhilụ nāran fa lam yajidụ lahum min dụnillāhi anṣārāArtinya "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah."26. وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًاArab-latin wa qāla nụḥur rabbi lā tażar 'alal-arḍi minal-kāfirīna dayyārā Artinya "Nuh berkata "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."27. إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًاArab-latin innaka in tażar-hum yuḍillụ 'ibādaka wa lā yalidū illā fājirang kaffārā Artinya "Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir."28. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢاArab-latin rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā "Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan."Yuk baca surat Nuh ayat 1-28 sahabat hikmah! nwy/nwy
\n \n\n \n\nasbabun nuzul surat nuh
KuliahUlumul Qur'an Penulis Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Desember 2014 Desain Cover: Haitami El-Jaid Layout Isi: Tim Gramasurya Penerbit:ITQAN Publishing Jl. Lawu 45 Banteng III Yogyakarta Telpon 0274-881388 Email: itqanpublishing@ 978-602-95371-1-6. 1. Asbabun Nuzul dapat dikatakan sebagai sejarah turunnya sebuah ayat Al-Qur’an. Bisa juga dikatakan sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an. Sebab-sebab yang dimaksud tersebut dapat berupa tempat, waktu, dan peristiwa. Dalam kaitannya dengan asbabun nuzul, Prof Muhammad Quraish Shihab dalam buku karyanya Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat Mizan, 1999 menjelaskan bahwa mayoritas ulama mengemukakan kaidah al-'ibrah bi 'umum al-lafzh la bi khushush al-sabab patokan dalam memahami ayat adalah redaksinya yang bersifat umum, bukan khusus terhadap pelaku kasus yang menjadi sebab turunnya. Sedangkan sebagian kecil dari mereka mengemukakan kaidah sebaliknya, al-'ibrah bi khushush al-sabab la bi 'umum al-lafzh patokan dalam memahami ayat adalah kasus yang menjadi sebab turunnya, bukan redaksinya yang bersifat umum. Di sini perlu kiranya dipertanyakan "Bukankah akan lebih mendukung pengembangan tafsir jika pandangan minoritas di atas yang ditekankan?" Tentunya, jika demikian, maka perlu diberikan beberapa catatan penjelasan sebagai berikut Seperti diketahui setiap asbab al-nuzul pasti mencakup a peristiwa, b pelaku, dan c waktu. Tidak mungkin benak akan mampu menggambarkan adanya suatu peristiwa yang tidak terjadi dalam kurun waktu tertentu dan tanpa pelaku. Sayang, selama ini pandangan menyangkut asbabun nuzul dan pemahaman ayat sering kali hanya menekankan kepada peristiwanya dan mengabaikan "waktu" terjadinya -setelah terlebih dahulu mengabaikan pelakunya- berdasarkan kaidah yang dianut oleh mayoritas tersebut. Para penganut paham al-'ibrah bi khushush al-sabab, menekankan perlunya analogi qiyas untuk menarik makna dari ayat-ayat yang memiliki latar belakang asbabun nuzul itu, tetapi dengan catatan apabila qiyas tersebut memenuhi syarat-syaratnya. Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-'Irfan, Al-Halabiy, Mesir, Cet. III, 1980 Jilid I h. 125 Pandangan mereka ini, hendaknya dapat diterapkan tetapi dengan memperhatikan faktor waktu, karena kalau tidak, ia menjadi tidak relevan untuk dianalogikan. Bukankah, seperti dikemukakan di atas, ayat Al-Qur’an tidak turun dalam masyarakat hampa budaya dan bahwa "kenyataan mendahului/bersamaan dengan turunnya ayat"? Analogi yang dilakukan hendaknya tidak terbatas oleh analogi yang dipengaruhi oleh logika formal al-manthiq, al-shuriy yang selama ini banyak mempengaruhi para fuqaha' kita. Tetapi, analogi Yang lebih luas dari itu, yang meletakkan di pelupuk mata al-mashalih al-mursalah dan yang mengantar kepada kemudahan pemahaman agama, sebagaimana halnya pada masa Rasul dan para sahabat." Yusuf Kamil, Al-'Ashriyun Mu'tazilat Al-Yawm, Al-Wafa' Al-Mansurah, Mesir, 1985 Qiyas yang selama ini dilakukan menurut Ridwan Al-Sayyid adalah berdasarkan rumusan Imam Al-Syafi'i, yaitu "Ilhaq far'i bi ashl li ittihad al-'illah", yang pada hakikatnya tidak merupakan upaya untuk mengantisipasi masa depan, tetapi sekadar membahas fakta yang ada untuk diberi jawaban agama terhadapnya dengan membandingkan fakta itu dengan apa yang pernah ada. Ridhwan Al-Sayyid, Al-Islam Al-Mu'ashir, Naz'at fiAl-Hadhir wa Al-Mustaqbal, Dar Al-'Ulum Al-Arabiyah, Beirut, 1986 Pengertian asbabun nuzul dengan demikian dapat diperluas sehingga mencakup kondisi sosial pada masa turunnya Al-Quran dan pemahamannya pun dapat dikembangkan melalui kaidah yang pernah dicetuskan oleh ulama terdahulu, dengan mengembangkan pengertian qiyas. Fathoni
SuratNuh ayat 10-12; Istighfar (QS 71) Allah Maha Pengampun. Firman Allah dalam surat Nuh ayat 10. فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارً. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.
71. QS. Nuh Nabi Nuh 28 ayat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اِنَّاۤ اَرۡسَلۡنَا نُوۡحًا اِلٰى قَوۡمِهٖۤ اَنۡ اَنۡذِرۡ قَوۡمَكَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ‏ Innaaa arsalnaa Nuuhan ilaa qawmihii an anzir qawmaka min qabli any yaatiyahum 'azaabun aliim 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan perintah, "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih." قَالَ يٰقَوۡمِ اِنِّىۡ لَـكُمۡ نَذِيۡرٌ مُّبِيۡنٌۙ Qoola yaa qawmi innii lakum naziirum mubiin 2. Dia Nuh berkata, "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰهَ وَاتَّقُوۡهُ وَاَطِيۡعُوۡنِۙ Ani'udul laaha watta quuhu wa atii'uun 3. yaitu sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, يَغۡفِرۡ لَـكُمۡ مِّنۡ ذُنُوۡبِكُمۡ وَيُؤَخِّرۡكُمۡ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى‌ؕ اِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ اِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ‌‌ۘ لَوۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ Yaghfir lakum min zunuubikum wa yu'akhkhirkum ilaaa ajalim musammaa; innaa ajalal laahi izaa jaaa'a laa yu'akhkhar; law kuntum ta'lamuun 4. niscaya Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu memanjangkan umurmu sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui." قَالَ رَبِّ اِنِّىۡ دَعَوۡتُ قَوۡمِىۡ لَيۡلًا وَّنَهَارًا Qoola rabbi innii da'awtu qawmii lailanw wa naharaa 5. Dia Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, فَلَمۡ يَزِدۡهُمۡ دُعَآءِىۡۤ اِلَّا فِرَارًا Falam yazid hum du'aaa 'iii illaa firaaraa 6. tetapi seruanku itu tidak menambah iman mereka, justru mereka lari dari kebenaran. وَاِنِّىۡ كُلَّمَا دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوۡۤا اَصَابِعَهُمۡ فِىۡۤ اٰذَانِهِمۡ وَاسۡتَغۡشَوۡا ثِيَابَهُمۡ وَاَصَرُّوۡا وَاسۡتَكۡبَرُوا اسۡتِكۡبَارًا‌ ۚ‏ Wa inii kullamaa da'awtuhum litaghfira lahum ja'aluuu asaabi'ahum fii aazaanihim wastaghshaw siyaabahum wa asaarruu wastakbarus tikbaaraa 7. Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka untuk beriman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya ke wajahnya dan mereka tetap mengingkari dan sangat menyombongkan diri. ثُمَّ اِنِّىۡ دَعَوۡتُهُمۡ جِهَارًا Summa innii da'aw tuhum jihaara 8. Lalu sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan. ثُمَّ اِنِّىۡۤ اَعۡلَـنۡتُ لَهُمۡ وَاَسۡرَرۡتُ لَهُمۡ اِسۡرَارًا Summaa inniii a'lantu lahum wa asrartu lahum israaraa 9. Kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam, فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا Faqultus taghfiruu Rabakam innahuu kaana Ghaffaaraa 10. maka aku berkata kepada mereka, "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا Yursilis samaaa'a 'alaikum midraaraa 11. niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا Wa yumdidkum bi am waalinw wa baniina wa yaj'al lakum Jannaatinw wa yaj'al lakum anhaaraa 12. dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." مَا لَـكُمۡ لَا تَرۡجُوۡنَ لِلّٰهِ وَقَارًا‌ Maa lakum laa tarjuuna lillaahi waqooraa 13. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah? وَقَدۡ خَلَقَكُمۡ اَطۡوَارًا Wa qad khalaqakum at waaraa 14. Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. اَلَمۡ تَرَوۡا كَيۡفَ خَلَقَ اللّٰهُ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا Alam taraw kaifa khalaqal laahu sab'a samaawaatin tibaaqoo 15. Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis? وَّجَعَلَ الۡقَمَرَ فِيۡهِنَّ نُوۡرًا ۙ وَّجَعَلَ الشَّمۡسَ سِرَاجًا‏ Wa ja'alal qamara fiihinna nuuranw wa ja'alash shamsa siraajaa 16. Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita yang cemerlang? وَاللّٰهُ اَنۡۢبَتَكُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ نَبَاتًا ۙ‏ Wallaahu ambatakum minal ardi nabaataa 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh berangsur-angsur, ثُمَّ يُعِيۡدُكُمۡ فِيۡهَا وَيُخۡرِجُكُمۡ اِخۡرَاجًا‏ Summa yu'iidukum fiihaa wa ukhrijukum ikhraajaa 18. kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya tanah dan mengeluarkan kamu pada hari Kiamat dengan pasti. وَاللّٰهُ جَعَلَ لَـكُمُ الۡاَرۡضَ بِسَاطًا ۙ‏ Wallaahu ja'ala lakumul arda bisaataa 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, لِّـتَسۡلُكُوۡا مِنۡهَا سُبُلًا فِجَاجًا Litaslukuu minhaa subulan fijaajaa 20. agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas
asbabunnuzul surah al-qur'an 2. "Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang Tinggi di sisi Tuhan mereka". orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang Ini
1. إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ innā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum ażābun alīm 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan memerintahkan “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”, 2. قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ qāla yā qaumi innī lakum nażīrum mubīn 2. Nuh berkata “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, 3. أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ ani’budullāha wattaqụhu wa aṭī’ụn 3. yaitu sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, 4. يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ yagfir lakum min żunụbikum wa yu`akhkhirkum ilā ajalim musammā, inna ajalallāhi iżā jā`a lā yu`akhkhar, lau kuntum ta’lamụn 4. niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. 5. قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًا qāla rabbi innī da’autu qaumī lailaw wa nahārā 5. Nuh berkata “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, 6. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًا fa lam yazid-hum du’ā`ī illā firārā 6. maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran. 7. وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًا wa innī kullamā da’autuhum litagfira lahum ja’alū aṣābi’ahum fī āżānihim wastagsyau ṡiyābahum wa aṣarrụ wastakbarustikbārā 7. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya kemukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sangat. 8. ثُمَّ إِنِّى دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا Tsumma innī da’autuhum jihārā 8. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan cara terang-terangan, 9. ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا Tsumma innī a’lantu lahum wa asrartu lahum isrārā 9. kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, 10. فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā 10. maka aku katakan kepada mereka Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, 11. يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا yursilis-samā`a alaikum midrārā 11. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, 12. وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا wa yumdidkum bi`amwāliw wa banīna wa yaj’al lakum jannātiw wa yaj’al lakum an-hārā 12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai. 13. مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا mā lakum lā tarjụna lillāhi waqārā 13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? 14. وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا wa qad khalaqakum aṭwārā 14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. 15. أَلَمْ تَرَوْا۟ كَيْفَ خَلَقَ ٱللَّهُ سَبْعَ سَمَٰوَٰتٍ طِبَاقًا a lam tarau kaifa khalaqallāhu sab’a samāwātin ṭibāqā 15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? 16. وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ ٱلشَّمْسَ سِرَاجًا wa ja’alal-qamara fīhinna nụraw wa ja’alasy-syamsa sirājā 16. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? 17. وَٱللَّهُ أَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ نَبَاتًا wallāhu ambatakum minal-arḍi nabātā 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, 18. ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا Tsumma yu’īdukum fīhā wa yukhrijukum ikhrājā 18. kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu daripadanya pada hari kiamat dengan sebenar-benarnya. 19. وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًا wallāhu ja’ala lakumul-arḍa bisāṭā 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, 20. لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا litaslukụ min-hā subulan fijājā 20. supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”. 21. قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًا qāla nụḥur rabbi innahum aṣaunī wattaba’ụ mal lam yazid-hu māluhụ wa waladuhū illā khasārā 21. Nuh berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, 22. وَمَكَرُوا۟ مَكْرًا كُبَّارًا wa makarụ makrang kubbārā 22. dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. 23. وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا wa qālụ lā tażarunna ālihatakum wa lā tażarunna waddaw wa lā suwā’aw wa lā yagụṡa wa ya’ụqa wa nasrā 23. Dan mereka berkata “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. 24. وَقَدْ أَضَلُّوا۟ كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًا wa qad aḍallụ kaṡīrā, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā ḍalālā 24. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan manusia; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. 25. مِّمَّا خَطِيٓـَٰٔتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًا mimmā khaṭī`ātihim ugriqụ fa udkhilụ nāran fa lam yajidụ lahum min dụnillāhi anṣārā 25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. 26. وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًا wa qāla nụḥur rabbi lā tażar alal-arḍi minal-kāfirīna dayyārā 26. Nuh berkata “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. 27. إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا innaka in tażar-hum yuḍillụ ibādaka wa lā yalidū illā fājirang kaffārā 27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. 28. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā tabārā 28. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. Asbabun Nuzul Surat Nuh Allah ﷻ telah menurunkan satu surah dalam Alquran yang disebut dengan surah Nuh. Surah Nuh hanya memiliki satu nama yaitu surah Nuh saja. Tidak sebagaimana surah-surah lain yang kebanyakannya memiliki lebih dari satu nama. Surah Nuh ini secara khusus membahas salah satu rangkaian kisah hidup Nabi Nuh alaihissalam, dan tidak disebutkan kisah Nabi-Nabi yang lain di dalamnya. Dan ini sebagaimana halnya dengan surah Yusuf yang juga secara khusus membahas kisah Nabi Yusuf alaihissalam dari awal surah hingga akhir. Adapun surah-surah lain yang menyebutkan kisah para Nabi, kebanyakan menyebutkan lebih dari satu kisah nabi, seperti surah Al-A’raf, surah Hud, dan surah-surah yang lainnya. [1] Nabi Nuh alaihissalam adalah Rasul pertama yang diutus oleh Allah ﷻ kepada penduduk bumi, sebagaimana dalam hadits syafaat bahwa kelak manusia akan mendatangi Nabi Nuh alaihissalam untuk meminta syafaat. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ، إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ، وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي، نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي “Mereka mendatangi Nuh lalu berkata Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama untuk penduduk bumi, Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami?’ Nuh berkata kepada mereka Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dahulu aku pernah berdoa keburukan untuk kaumku, diriku, diriku, oh diriku. Pergilah kepada selainku’.”[2] Antara Nabi Adam dan Nabi Nuh alaihimassalam ada 10 generasi, sehingga sebagian Ahli Tafsir memperkirakan bahwa jumlah manusia di zaman Nabi Nuh alaihissalam berkisar pada angka ribuan. Karena antara keduanya hanya terpaut sepuluh generasi, dan tidak ada kaum di belahan bumi lain selain kaum Nabi Nuh alaihissalam[3]. Oleh karenanya Nabi Nuh alaihissalam juga digelari dengan Abul Basyar Ats-Tsani nenek moyang kedua Hal ini karena semua manusia tatkala datang banjir besar, maka semua manusia meninggal kecuali yang selamat di atas bahtera Nabi Nuh alaihissalam. Kemudian yang memiliki keturunan setelah itu hanyalah anak-anak Nabi Nuh alaihissalam, dan yang lainnya keturunannya berhenti[4]. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman, وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ “Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” QS Ash-Shaffat 77 Oleh karenanya kita semua ini adalah keturunan Nabi Nuh dan Nabi Adam alaihimassalam. Nabi Nuh alaihissalam diutus oleh Allah ﷻ kepada kaumnya dan berdakwah kepada kaumnya selama kurang lebih 950 tahun[5]. Allah ﷻ berfirman, وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” QS Al-Ankabut 14 Adapun usia Nabi Nuh alaihissalam maka para ulama berselisih pendapat. Karena para ulama berbeda pendapat Nabi Nuh diangkat menjadi Nabi pada usia berapa tahun, sebagian mengatakan 40 tahun, sebagian mengatakan 300 tahun, dan pendapat lainnya[6]. Kemudian sebagian ulama juga khilaf dalam menyebutkan berapa sisa usia Nabi Nuh setelah banjir menimpa kaumnya hingga dia meninggal. Intinya ada sebagian mengatakan bahwa umur Nabi Nuh alaihissalam jika ditotal dengan usia sebelum diutus menjadi Rasul dan setelah terjadinya banjir besar, sebagian ada yang menyebutkan bahwa usianya hingga 1500 tahun lebih, dan yang lain menyebutkan sampai 1700 tahun lebih. Akan tetapi ini hanyalah pendapat, yang jelas lama dakwah beliau adalah 950 tahun, dan angka tersebut belum dijumlahkan dengan usia beliau sebelum diutus menjadi rasul, dan sisa hidup beliau setelah kaumnya ditenggelamkan. Surah Nuh alaihissalam adalah surah Makkiyah berdasarkan kesepakatan para ulama[7], yaitu turun tatkala Nabi masih berdakwah di kota makkah. Dan kita tahu bahwa pada fase dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallam saat itu, beliau sangat membutuhkan arahan dari Allah ﷻ. Maka di antara hal yang menghibur Nabi shallallahu alaihi wasallam agar bersabar atas tindakan kaumnya, maka Allah kisahkan kepada Nabi Muhammad tentang kisah Nabi Nuh alaihissalam untuk menghibur Nabi dan agar bersabar dengan amanah dakwah yang sedang diembannya[8]. Sebagaimana firman Allah ﷻ, وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” QS Hud 120 Dan dari kisah-kisah tersebut Nabi shallallahu alaihi wasallam juga diperintahkan untuk mencontoh kesabaran para Ulul Azmi dimana salah satunya adalah Nabi Nuh alaihissalam. Allah ﷻ berfirman, فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka.” QS Al-Ahqaf 35 Surah Nuh khusus bercerita tentang bagaimana dakwah Nabi Nuh, yaitu dakwah kepada tauhid. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa di zaman Nabi Nuh alaihissalam belum ada syariat khusus lain selain untuk mengesakan dan mentauhidkan Allah ﷻ semata[9]. Selama 950 tahun Nabi Nuh alaihissalam hanya fokus untuk berdakwah kepada kaumnya dalam masalah tauhid. Dan sebagian ulama mengatakan bahwa ini merupakan ujian yang diberikan Allah ﷻ kepada Nabi Nuh, ujian kesabaran dalam dakwah. Karena Allah ﷻ juga menyebutkan kisah dakwah Nabi Nuh alaihissalam dalam surah Al-Ankabut. Di awal surah Allah ﷻ berfirman, الم، أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ “Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” QS. Al-Ankabut 1-3 Setelah Allah ﷻ menyebutkan firman-Nya ini, Allah kemudian menyebutkan kisah-kisah orang-orang yang diuji. Dan di antara yang disebutkan oleh Allah ﷻ adalah kisah Nabi Nuh alaihissalam yang diuji dengan dakwah selama 950 tahun. Adapun yang beriman kepada beliau dengan kurun waktu selama itu hanyalah sedikit. Allah ﷻ berfirman, وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ “Dan orang yang beriman bersama dengan Nuh hanya sedikit.” QS. Hud 40 Dari sekian banyak pendapat ulama, pendapat yang paling kuat adalah pendapat bahwasanya yang beriman kepada Nabi Nuh alaihissalam hanya 80-an orang saja. Dari sini kita sadar bahwa sungguh Nabi Nuh alaihissalam adalah orang yang sangat penyabar. Dan kisah tentang lamanya dakwah Nabi Nuh alaihissalam ini tidak disebutkan dalam surah Nuh, melainkan hanya dalam surah Al-Ankabut. Adapun surah Al-Ankabut turun diakhir-akhir fase dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallam di Mekkah. Artinya ini adalah hiburan bagi Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa dakwahnya di Mekkah selama tiga belas tahun tersebut tidak ada apa-apanya dengan dakwah Nabi Nuh alaihissalam selama 950 tahun. Dan dengan dakwah selama itu ternyata yang beriman tidak banyak, bahkan anak dan istri beliau sendiri tidak beriman. Surah ini turun turun di Mekkah juga sebagai pelajaran bagi para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam yang jumlah mereka juga sedikit tatkala itu, agar mereka bersabar dan tidak terperdaya melihat banyaknya pengikut Abu Jahal dan kawan-kawannya. Karena telah berlalu juga seorang Nabi yang berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman kepadanya hanya sedikit. Surah ini juga diturunkan sebagai peringatan kepada kaum musyrikin Arab, yaitu jika mereka tidak beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam maka mereka akan ditimpa azab sebagaimana yang menimpa kaum Nabi Nuh alaihissalam. Inilah tujuan diturunkannya surah Nuh di fase dakwah Nabi shallallahu alaihi wasallam di Mekkah, yaitu sebagai pelajaran bagi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya, serta sebagai peringatan bagi Abu Jahal dan kawan-kawannya. [10] ______________ Footnote [1] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 13/332. [2] HR. Bukhari no. 4712 [3] At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/187. [4] At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/187. [5] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 13/332. [6] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 18/298. [7] Tafsir Ibnu Athiyyah 5/372 [8] Lihat Tafsir Al-Qurthubiy 13/332 [9] At-Tafsir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/189. [10] Lihat At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibn Asyur 29/186. Fawaid(2020:9) menjelaskan bahwa asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu, dalam hal ini turunnya surat Alquran. Namun yang perlu diketahui bahwa tidak semua surat dan ayat yang turun disertai dengan asbabun nuzul, termasuk surat Al Qariah ini.

Al-Faatihah 001. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 002. Segala puji bagi Allah Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. Tuhan semesta alam artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari katàalaamah tanda mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya. 003. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya. 004. Yang menguasai hari pembalasan di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini hari kiamat? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." Al-Mukmin 16 Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' Yang mengampuni dosa-dosa. Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudahmàrifah dikenal. 005. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu dan lain-lainnya. 006. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu 007. Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut Bukan jalan mereka yang dimurkai Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. Dan bukan pula dan selain mereka yang sesat. Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam-Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Al-Baqarah 001. Alif laam miim Allah yang lebih mengetahui akan maksudnya. 002. Kitab ini yakni yang dibaca oleh Muhammad saw. tidak ada keraguan atau kebimbangan padanya bahwa ia benar-benar dari Allah swt. Kalimat negatif menjadi predikat dari subyek 'Kitab ini', sedangkan kata-kata isyarat 'ini' dipakai sebagai penghormatan. menjadi petunjuk sebagai predikat kedua, artinya menjadi penuntun bagi orang-orang yang bertakwa maksudnya orang-orang yang mengusahakan diri mereka supaya menjadi takwa dengan jalan mengikuti perintah dan menjauhi larangan demi menjaga diri dari api neraka. 003. Orang-orang yang beriman yang membenarkan kepada yang gaib yaitu yang tidak kelihatan oleh mereka, seperti kebangkitan, surga dan neraka dan mendirikan salat artinya melakukannya sebagaimana mestinya dan sebagian dari yang Kami berikan kepada mereka yang Kami anugerahkan kepada mereka sebagai rezeki mereka nafkahkan mereka belanjakan untuk jalan menaati Allah. 004. Dan orang-orang yang beriman pada apa yang diturunkan kepadamu maksudnya Alquran, dan apa yang diturunkan sebelummu yaitu Taurat, Injil dan selainnya serta mereka yakin akan hari akhirat, artinya mengetahui secara pasti. 005. Merekalah, yakni orang-orang yang memenuhi sifat-sifat yang disebutkan di atas yang beroleh petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung yang akan berhasil meraih surga dan terlepas dari siksa neraka. 006. Sesungguhnya orang-orang kafir seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lainnya sama saja bagi mereka, apakah kamu beri peringatan dibaca, a-andzartahum, yakni dengan dua buah hamzah secara tegas. Dapat pula hamzah yang kedua dilebur menjadi alif hingga hanya tinggal satu hamzah saja yang dibaca panjang atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Hal itu telah diketahui oleh Allah, maka janganlah kamu berharap mereka akan beriman. 'Indzar' atau peringatan, artinya pemberitahuan disertai ancaman. 007. Allah mengunci mati hati mereka maksudnya menutup rapat hati mereka sehingga tidak dapat dimasuki oleh kebaikan begitu pun pendengaran mereka maksudnya alat-alat atau sumber-sumber pendengaran mereka dikunci sehingga mereka tidak memperoleh manfaat dari kebenaran yang mereka terima sedangkan penglihatan mereka ditutup dengan penutup yang menutupinya sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran dan bagi mereka siksa yang besar yang berat lagi tetap. Terhadap orang-orang munafik diturunkan

  • Бαթ еջоգደնы θ
  • Εፀጠκ ιрፁλաኇыዥ аզቸτυг
  • ዒձε ր
    • Хածυцеγ ζፀлеኤևዠ цըդιձ
    • ኜуρ ጱչ оճеቿኂтуψеч лոኂиվоፑи
  • Խξиከациз асноሤ
Meskipunmasih banyak perdebatan tentang asbabun nuzul atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya surah Al Fil, satu hal yang pasti adalah kisah ashaabul fiil yang diceritakan surat Al Fil bertepatan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebab itulah, tahun kelahiran Rasulullah SAW disebut dengan tahun gajah.
loading...ilustrasi. Foto SINDOnews Asbabun nuzul Surat Abasa menceritakan tentang hikmah dakwah Nabi Muhammad Shallalllahu alaihi wa sallam kepada orang tanpa melihat status sosial . Surat Abasa sendiri terdiri dari 42 ayat. Surat ini termasuk golongan surat-surat makkiyah dan diturunkan setelah surat an Najm. Dinamakan Abasa ia bermuka masam karena diambil dari pernyataan Abasa yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Baca Juga Menurut riwayat, pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menerima dan berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy yang beliau harapkan agar mereka masuk Islam. Saat itu datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta yang mengharapkan agar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur'an yang telah diturunkan Allah Ta'ala. Tetapi, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bermuka masam dan memalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum yang buta itu. Lalu Allah mengingatkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam agar jangan bermuka masam. Allah Ta'ala menurunkan surat ini sebagai teguran atas sikap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam terhadap Ibnu Ummi Maktum. Baca Juga Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha berikut iniأُنْزِلَ عَبَسَ وَتَوَلَّى فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُوْمٍ الأَعْمَى أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِيْنَ فَجَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ وَيَقُوْلُ أَتَرَى بِمَا أَقُوْلُ بَأْسًا فَيَقُوْلُ لاَ فَفِي هَذَا أُنْزِلَ“Diturunkan Abasa wa Tawallaa’ berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta, ia mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata Wahai Rasulullah berilah saya bimbingan’. Sedangkan di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat itu ada salah seorang pembesar kaum musyrikin. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpaling dari Ibnu Ummi Maktum dan berbalik ke arah lelaki pembesar musyrikin tersebut, lalu beliau berkata Apakah menurutmu apa yang aku sampaikan kepadamu ini baik?”, maka lelaki pembesar musyrikin itu menjawab Tidak’. Tentang peristiwa inilah turun surat Abasa.” HR At-Tirmidzi. Baca Juga Disebutkan pula oleh Ibnu Jarir At-Thabari dalam tafsirnya riwayat berikut ini,بَيْنَا رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَاجِي عُتْبَة بْن رَبِيعَة وَأَبَا جَهْل بْن هِشَام وَالْعَبَّاس بْن عَبْد الْمُطَّلِب , وَكَانَ يَتَصَدَّى لَهُمْ كَثِيرًا , وَيَحْرِص عَلَيْهِمْ أَنْ يُؤْمِنُوا , فَأَقْبَلَ إِلَيْهِ رَجُل أَعْمَى , يُقَال لَهُ عَبْد اللَّه بْن أُمّ مَكْتُوم , يَمْشِي وَهُوَ يُنَاجِيهِمْ , فَجَعَلَ عَبْد اللَّه يَسْتَقْرِئ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آيَة مِنْ الْقُرْآن , وَقَالَ يَا رَسُول اللَّه , عَلِّمْنِي مِمَّا عَلَّمَك اللَّه , فَأَعْرَضَ عَنْهُ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَعَبَسَ فِي وَجْهه وَتَوَلَّى , وَكَرِهَ كَلَامه , وَأَقْبَلَ عَلَى الْآخَرِينَ ; فَلَمَّا قَضَى رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَأَخَذَ يَنْقَلِب إِلَى أَهْله , أَمْسَكَ اللَّه بَعْض بَصَره , ثُمَّ خَفَقَ بِرَأْسِهِ , ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّه عَبَسَ وَتَوَلَّى أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى وَمَا يُدْرِيك لَعَلَّهُ يَزَّكَّى أَوْ يَذَّكَّر فَتَنْفَعهُ الذِّكْرَى“Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang berbicara dengan Utaibah ibnu Rabi’ah, Abu Jahal ibnu Hisyam, dan Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib, saat itu beliau melayani mereka dan sangat menginginkan mereka beriman. Lalu tiba-tiba datanglah seorang lelaki buta bernama Ibnu Ummi Maktum, saat itu nabi sedang serius berbicara dengan mereka. Lalu Abdullah ibnu Ummi Maktum meminta agar diajari suatu ayat dari Al-Qur’an dan berkata, Wahai Rasulullah, ajarilah aku dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu.’ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpaling dan bermuka masam terhadapnya serta tidak menyukai permintaannya, bahkan beliau kembali melayani pembicaraan dengan para tokoh musyrikin. Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai dari pembicaraan dengan para tokoh musyrik itu dan hendak pulang ke rumah keluarganya, maka Allah menahan sebagian dari pandangan beliau dan menjadikan kepala beliau tertunduk, lalu turunlah kepadanya firman Allah yang menegur sikapnya itu Dia Muhammad bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari dosa atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat kepadanya?’ QS.Abasa 1-4”. Baca Juga Selain kisah di atas, dalam Surat Abasa ini dijelaskan pula tentang dalil-dalil yang menegaskan keesaan Allah dan keadaan manusia pada hari kiaamat. Ibnu Katsir meriwayatkan, bukan saja Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang membawakan riwayat ini, bahkan ada pula riwayat dari Urwah bin Zubair, Mujahid, Abu Malik dan Qatadah, dan Adh-Dhaahak dan Ibnu Zaid dan lain-lain; bahwa yang bermuka masam itu memang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri dan orang buta itu memang Ibnu Ummi adalah, dalam berdakwah hendaknya memberikan penghargaan yang sama kepada orang-orang yang didakwahi. Baca Juga Dikutip dari buku 'Sosok Para Sahabat Nabi' yang ditulis Dr. Abdurrahman Raf’at al-Basya, dijelaskan bahwa sejak itu, Rasulullah makin menghormati Abdullah ibn Ummi Maktum apabila dia datang dan duduk di sisi beliau menanyakan hal ihwal bin Ummi Maktum adalah seorang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang terkenal. Satu-satunya orang buta yang turut hijrah dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ke Madinah. Satu-satunya orang buta yang dua-tiga kali diangkat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadi wakilnya jadi Imam di Madinah jika beliau bepergian. Baca Juga Wallahu A'lam wid 9gFlFc.
  • 255zcpcdk0.pages.dev/94
  • 255zcpcdk0.pages.dev/187
  • 255zcpcdk0.pages.dev/498
  • 255zcpcdk0.pages.dev/167
  • 255zcpcdk0.pages.dev/342
  • 255zcpcdk0.pages.dev/415
  • 255zcpcdk0.pages.dev/312
  • 255zcpcdk0.pages.dev/284
  • asbabun nuzul surat nuh